Cerita tentang Gunung Tanggung dimulai pada zaman dahulu kala, ketika tanah Jawa Barat masih dihuni oleh berbagai suku dan kerajaan kecil. Konon, pada zaman itu, Gunung Tanggung tidaklah memiliki nama seperti sekarang. Namun, ada suatu peristiwa yang membuatnya dikenal sebagai Gunung Tanggung. Menurut legenda, pada suatu masa, terjadi perselisihan antara dua kerajaan yang berdekatan. Ketegangan antara kedua kerajaan tersebut semakin memuncak, dan perang tampak tidak dapat dihindari. Namun, di antara kedua raja tersebut, ada seorang putri yang bernama Dewi Cinta, yang memiliki hati yang lembut dan belas kasihan yang besar. Dewi Cinta tidak ingin melihat darah tercurah di tanah yang subur itu. Dengan kebijaksanaannya, dia mencoba meredakan konflik dan membujuk kedua raja untuk mencari jalan damai. Namun, percobaannya tidak berhasil. Kedua raja terlalu teguh pada pendirian mereka masing-masing. Melihat kegagalan usahanya, Dewi Cinta merasa sedih dan putus asa. Dia pergi ke atas gunung, mencari pertolongan dari para dewa dan roh alam. Di puncak gunung, dia menangis dan berdoa dengan penuh kesetiaan, memohon agar perdamaian bisa terwujud di antara kedua kerajaan. Dewi Cinta merasa begitu terbebani oleh beban tanggung jawabnya untuk menyelamatkan rakyatnya dari peperangan. Air matanya yang tumpah di puncak gunung tersebut, mengalir turun ke lereng gunung, membentuk sungai yang mengalir di antara kedua kerajaan yang berseteru. Ketika kedua raja mengetahui tentang aksi Dewi Cinta, mereka merasa malu dan tersentuh oleh ketulusannya. Akhirnya, mereka sepakat untuk mengakhiri konflik dan menjalin perdamaian. Sebagai tanda penghargaan atas kebijaksanaan dan cinta Dewi Cinta, gunung tersebut diberi nama Gunung Tanggung, yang berarti "memikul beban" dalam bahasa Jawa. Sejak saat itu, Gunung Tanggung dianggap sebagai simbol perdamaian dan kebijaksanaan. Legenda tentang Dewi Cinta dan gunung tersebut terus diwariskan dari generasi ke generasi, mengajarkan nilai-nilai tentang pentingnya kesetiaan, cinta, dan perdamaian dalam menjaga keutuhan suatu masyarakat.
Selasa, 11 Juni 2024
GUNUNG TANGGUNG
Juni 11, 2024
No comments
0 comments:
Posting Komentar